Welcome

Cari Lagu Favorit Anda

Type Artist Name - Song Title

Free Search Engine Video 3GP

Kamis, 13 Agustus 2009

Masturbasi Sangat Disarankan untuk Wanita

KOMPAS.com — Pria sering kali saling meledek soal aktivitas seksual yang dilakukan sendiri ini. Namun jika mau jujur, sebenarnya mereka amat terbantu dengan kemampuan "swalayan" ini. Sementara itu, di kalangan wanita, masturbasi boleh dibilang amat jarang menjadi bahan perbincangan. Selain belum dapat dikatakan sebagai aktivitas yang lazim dilakukan, masturbasi seolah juga masih tabu dibicarakan di kalangan wanita. Padahal, masturbasi memberikan manfaat yang sama besarnya bagi wanita.

Tidak heran, para sex therapist pun tidak berhenti mengadakan penelitian mengenai aktivitas ini. Mereka merekomendasikan masturbasi untuk wanita yang mengalami kesulitan mencapai orgasme karena membantu mereka mengenali tubuh dan apa yang menyenangkan bagi mereka. Masturbasi pada wanita dapat memberikan manfaat, baik bagi kesehatan, maupun hubungan wanita dengan pasangannya. Apa saja manfaat tersebut?

1. Wanita dapat mencapai orgasme dengan masturbasi.

Menurut dr Ferryal Loetan, ASC&T, SpRM, MKes-MMR (F), konsultan seksologi dan spesialis rehabilitasi medik dari RS Harapan Bunda, Jakarta, seperti dikutip tabloid Nakita, normal saja jika wanita dapat mencapai orgasme dengan masturbasi. Sama halnya dengan pria yang bisa mendapatkan orgasmenya dengan masturbasi. Namun, pada wanita bisa dibedakan, ada orgasme yang terjadi akibat rangsangan klitoris, ada juga yang akibat rangsangan pada G-spot.

Namun, jika ingin mendapatkan orgasme ketika sedang berhubungan seks, lebih baik mencoba posisi yang lebih memusatkan rangsangan pada klitoris atau disebut CAT (coital alignment technique) seperti posisi doggy style. Saat melakukan hubungan seksual, wanita bisa mendapatkan orgasme dari rangsangan ke klitoris dan juga ke G-spot. Orgasme karena rangsangan ke klitoris namanya orgasme klitoral, sedangkan yang ke G-spot disebut orgasme vaginal. Kalau bisa keduanya dilakukan berbarengan akan lebih asyik lagi bagi wanita karena orgasmenya menjadi dobel (berkali lipat). Untuk ini, banyak teknik yang bisa dilakukan, yang intinya bisa mengenai kedua tempat tersebut secara bersamaan. Caranya dengan melatih keterampilan bersama.

2. Orgasme lebih cepat didapatkan saat masturbasi.

Menurut dr Ferryal, orgasme yang diperoleh saat masturbasi bisa lebih cepat daripada yang diperoleh saat berhubungan intim dengan pasangan. Sebab pada dasarnya wanita memang butuh waktu yang lebih lama dibandingkan pria untuk bisa mencapai keadaan "panas". Perlu dipahami, dengan masturbasi, rangsangan biasanya langsung tertuju ke daerah alat kelamin dan tempat-tempat tertentu sehingga memudahkan terjadinya orgasme.

3. Masturbasi pada wanita dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Menurut penelitian, kebanyakan wanita pernah bermasturbasi setidaknya sekali dalam hidup mereka. Frekuensi dan usia saat melakukannya bervariasi, tidak ada patokan normal mengenai hal tersebut. Banyak wanita merasa bersalah saat melakukan masturbasi, khususnya ketika mereka sebenarnya sudah berpasangan. Namun menurut sex therapist, wanita tak perlu merasa bersalah. Sebab pasangan bisa saja sedang lelah, sedang ke luar kota, pokoknya sedang enggak "available". Jadi, jika kita memang sedang "ingin", masturbasi bisa jadi jalan keluarnya.

Masturbasi juga bisa dilakukan dengan metode apa saja. "Cara apa pun bisa dianggap normal," ungkap Paul Joannides, PsyD, seorang psychoanalyst di Waldport, Ore.

Dari survei diketahui, jari tangan dan vibrator adalah dua metode yang umum digunakan dalam masturbasi wanita. Lebih dari separuh dari 2.056 wanita, berusia 18-60 tahun, menggunakan vibrator, baik saat bermasturbasi, maupun intercourse. Demikian menurut Debby Herbenick, PhD, MPH, Associate Director dari Center for Sexual Health Promotion di Indiana University, Bloomington, yang memimpin survei tersebut. Sebanyak 30 persen dari wanita yang disurvei menyatakan pernah memakai vibrator.

Beberapa ahli sebenarnya mengkhawatirkan efek samping dari penggunaan vibrator, seperti sakit atau mati rasa pada alat kelamin. Adapun Frank Sommers, MD, seorang psikiater di Toronto, mengatakan bahwa penggunaan vibrator yang terlalu sering saat masturbasi akan mengurangi kemampuan wanita mencapai orgasme dengan pasangan. Menurutnya, penggunaan vibrator berlebihan dapat membiasakan sistem saraf otonomik pada suatu stimulasi yang tak dapat dilakukan oleh manusia.

4. Masturbasi dapat memperbaiki mood, tanpa kewajiban melakukan seks berpasangan.

"Masturbasi dapat memperbaiki mood yang turun," ungkap Kathleen Segraves, PhD, sex therapist dan guru besar tamu bidang psikiatri di Case Western Reserve University. "Dengan solo sex, perhatian tidak akan teralih, dan Anda bisa fokus pada pengalaman Anda sendiri tanpa perlu memastikan pasangan juga menikmati atau tidak," tambahnya. Hal ini tidak perlu diartikan Anda tidak memedulikan pasangan. Namun, bahwa sekali-sekali Anda juga boleh kok memikirkan diri sendiri, begitu kata para pakar.

5. Masturbasi dapat memperbaiki kehidupan seks bersama pasangan.

Wanita yang bermasturbasi secara rutin dapat mempelajari apa yang menyenangkan untuk mereka. Hal itu dikatakan Segraves. "Hal itu dapat membantu kepercayaan diri secara seksual, dan membantu membimbing pasangan jika Anda memiliki pasangan," ujarnya. Sebagai contoh, Anda bisa mengatakan pada pasangan, "Taruh tanganmu di sini," tanpa merasa malu, kata Segraves.

Sedangkan Herbenick menambahkan, wanita yang menggunakan vibrator selama masturbasi cenderung memiliki fungsi seksual yang lebih baik bersama pasangan. Ia mendapati bahwa wanita yang menggunakan vibrator mendapatkan fungsi seksual yang lebih baik dalam hal pelumasan vagina, hasrat, bangkitnya gairah, dan kemudahan orgasme, dan mereka cenderung tidak mengalami sakit atau ketidaknyamanan yang didapat saat intercourse.

6. Masturbasi membantu Anda rileks.

Saat menghadapi hari yang menyebalkan, wanita sering terpengaruh, dan berpikir, "Bagaimana ya, harus memperbaikinya?" Menurut para peneliti, dibandingkan pria, wanita lebih mungkin mengingat-ingat perdebatan atau hubungan yang buruk dengan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan stres. Jika Anda bisa mulai menyenangkan diri sendiri, Anda dapat meredakan stres yang diakibatkan oleh pikiran-pikiran semacam itu. Memang tidak selamanya dapat mengatasi, tetapi setidaknya dapat membantu. Demikian menurut Segraves.

7. Masturbasi dapat mengurangi nyeri saat haid.

Kebiasaan bermasturbasi dilaporkan dapat membantu mengurangi kram perut saat menstruasi, dan memperbaiki gejala PMS lain, seperti rasa mudah marah atau mudah tersinggung. Masturbasi yang berlanjut hingga orgasme bahkan dapat membantu mengurangi migrain. Meskipun orgasme kadang-kadang ditemukan sebagai pemicu migrain, aktivitas tersebut juga dapat menguranginya. Demikian menurut beberapa penelitian. Para ilmuwan berspekulasi bahwa beberapa faktor yang dikaitkan dengan orgasme (sendiri atau bersama pasangan) dapat menyembunyikan rasa sakit, atau proses migrain.


Pria Juga Suka Pura-pura Orgasme?

KOMPAS.com — Mungkin Anda belum tahu, atau tidak menyadari, bahwa sebagian pria ternyata juga mengalami kesulitan orgasme. Survei yang dilakukan situs AskMen mendapati, 23 persen pria berpura-pura orgasme saat berhubungan dengan pasangannya. Jika wanita biasanya berpura-pura mencapai orgasme untuk berbagai alasan (yang utama agar tidak melukai hati pasangan), pria pun demikian. Alasan yang paling sering dilontarkan adalah bahwa pria seharusnya mampu mencapai orgasme kapan pun, di mana pun, dan dalam kondisi apa pun. Padahal, anggapan seperti ini tidak selamanya benar. Pria juga bisa sulit mendapatkan orgasmenya jika kelelahan, stres, bosan dengan posisi yang itu-itu saja, kondom membuatnya tidak nyaman, atau hari itu juga sudah mengalami klimaksnya. Jika ini yang terjadi, pria pun memilih untuk berpura-pura saja.

Memang, seharusnya pria mau menunda sesi bercinta, atau menyampaikan kepada pasangannya apa yang dirasakannya. Namun kadang-kadang, situasinya memang tidak memungkinkan untuk membahas hal seperti ini. Akhirnya, pria ataupun wanita akan terus berpura-pura telah mencapai puncak. Nah, bila hal-hal berikut ini Anda alami, kemungkinan si dia adalah salah satu pria yang kerap berpura-pura itu. Apa pun yang menjadi alasannya, sebaiknya Anda tidak langsung membombardirnya dengan pertanyaan yang menyudutkan.

1. Hal yang paling mudah diamati adalah ekspresinya karena kepura-puraan ini membutuhkan kemampuan akting yang hebat. Amati, apakah deru napasnya sekencang biasanya, erangannya ketika mencapai puncak memiliki "tone" yang sama atau justru berlebihan, dan ekspresi wajahnya bukan terlihat seperti sedang berkonsentrasi dengan perasaannya (melainkan pada reaksi Anda).

2. Biasanya Anda menerapkan posisi missionary saat Anda dan si dia ingin mendapatkan orgasme bersama-sama karena ingin saling menatap dan menyaksikan ekspresi masing-masing. Namun, kali ini ia berpindah dari arah belakang Anda. Ia tahu bahwa Anda akan mengenali ketika ekspresinya ketika orgasme tidak konsisten. Jadi, posisi doggy style atau posisi apa pun yang membuat Anda tak harus saling menatap akan membuatnya mampu menyembunyikan kepura-puraannya.

3. Seusai orgasme, ia buru-buru melepas kondomnya, lalu membungkusnya dengan tisu sebelum membuangnya ke tempat sampah. Dengan demikian, Anda tak akan melihat bahwa kondom itu sebenarnya masih bersih.

4. Biasanya ia akan berbalik dan langsung jatuh tertidur seusai orgasme. Namun kali ini, ia memeluk Anda dengan erat. Hati-hati, ini bukan karena ia tiba-tiba merasa begitu sayang pada Anda. Melakukan sesuatu yang berbeda setelah sesi bercinta bisa berarti ia tidak mengalami momen pasca-orgasme yang normal sehingga ia melakukan apa yang seharusnya ia lakukan pada Anda. Padahal, hal ini justru menunjukkan tingkah yang tidak normal.

Jika Anda menyadari bahwa si dia berpura-pura, dan ingin membicarakannya, sampaikan dengan hati-hati. Orgasme adalah momen paling intim dalam hubungan Anda karena itu jangan sampai si dia merasa harus membela diri. Marah atau menuduhnya tidak akan menghasilkan dialog yang produktif, dan bahkan akan menjauhkan Anda darinya. Anda bisa mencoba mengatakan, "Sayang, kok tadi kamu beda, ya?" Atau, "Bagaimana tadi? Rasanya ada yang enggak kayak biasanya, ya? Mau dibicarain, enggak?" Kuncinya adalah mengatakannya seolah hal itu bukan masalah besar bagi Anda. Namun, Anda menyediakan kesempatan untuk membahasnya.

Terima Kasih